SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Pengenalan E-Learning
![Image result for logo umb](https://mercubuana.ac.id/en/images/zt_bravi/logo_baru_umb.jpg)
Dosen :
Yananto Mihadi Putra, SE, M.Si
Penyusun :
Theresia Magdalena - 43218110075
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Akuntansi 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sanpaikan kepada
Tuhan YME yang telah memberikan petunjuk Nya dalam menyelesaikan makalah ini.
Adapun latar belakang penulis membuat TUGAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN :
PENGENALA E-LEARNING untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Yananto
Mihadi Putra, SE, M.Si Sebagai dosen mata kuliah Sistem Informasi Manajemen.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam rangka penyelesaikan proposal
ini, selain itu kerja sama yang baik diantara semua pihak yang terlibat dengan
penulis membuat proposal ini dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
Seperti kata pepatah, tidak ada gading yang tak retak.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, masih banyak hal
yang kurang dalam penulisan proposal ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat memperbaikinya. Harapan
penulis, semoga proposal ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber ilmu yang baru
bagi kita semua.
Jakarta,
16 Desember 2019.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman global sekarang ini, pendidikan merupakan
sesuatu yang penting. Karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah
bangsa. Pendidikan sekarang telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki
setiap orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan.Untuk memperoleh pendidikan
yang efektif dan efisien maka diciptakanlah e learning. E learning dapat
memudahkan peserta didik dan juga pendidik dalam melakukan kegiatan pendidikan
dan pembelajaran.
E learning sendiri merupakan pembelajaran jarak jauh
yang dimana peserta didik dan pendidik tidak harus bertatap muka secara
langsung untuk melakukan sebuah pembelajaran. E learning sudah banyak
diterapkan dalam pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan. Tujuan dari E
learning adalah untuk mempermudah pembelajaran dan dapat menghemat waktu dan
biaya. Dalam penerapannya, E learning dapat efektif dalam menyampaikan
pembelajaran namun terdapat juga kendala dalam penerapan E learning terhadap
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu E
learning?
b. Kendala apa saja
yang terjadi saat menerapkan e learning dalam pembelajaran?
c. Efektivitas
apa saja yang terjadi saat menerapkan e learning dalam pembelajaran?
d. Bagaimana E
learning menurut pendapat penulis?
C. Tujuan
a. Untuk
mengetahui pengertian E learning.
b. Untuk mengetahui
kendala penerapan e learning dalam pembelajaran.
c. Untuk
mengetahui efektivitas penerapan e learning dalam pembelajaran.
d. Untuk mengetahui
pandangan E learning menurut penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar E learning
1. Pengertian dan Tujuan E learning
E adalah singkatan dari electronic yang berarti elektronik dan learning
yang artinya adalah proses belajar, artinya E learning merupakan system
pembelajaran yang menggunakan media elektronik seperti internet, computer, dan
file multimedia. Seiring perkembangan zaman E learning terus berkembang dan
mengalami semacam alih fungsi, pandangan orang saat ini E learning adalah
pembelajaran berbasis web atau menggunakan jaringan internet. Keadaan ini
terjadi karena perkembangan internet yang terus pesat sehingga lebih memudahkan
setiap insane manusia untuk saling berinteraksi dalam tempat dan waktu yang
berbeda.
E learning adalah pembelajaran jarak jauh yang memanfaatkan teknologi
computer, oleh sebab itu juga sekarang ini E learning yang dikembangan adalah E
learning berbasis web aplikasi. E learning berbasis web muncul dan berkembang
dengan pesat karena memang lebih mudah diakses dan juga tidak membutuhkan
kapasitas yang besar untuk membuatnya. Beda halnya dengan E learning yang
berbentuk file gambar pada computer yang saat ini sudah dianggap tidak efektif
lagi.
2. Tujuan E learning
E learning membuat pembelajaran yang tidak mungkin
menjadi mungkin. Maksudnya adalah pembelajaran dari tempat yang berbeda atau
jarak jauh. Tujuan E learning adalah efektivitas dan efisiensi dalam proses
pembelajaran. E learning memberikan kemudahan pada peserta didik dan pendidik
yang tidak dapat bertemu secara langsung, dengan E learning maka pemelajaran
dapat terlaksana karena jangkauan internet yang dapat diakses dimanapun
sehingga biaya pembelajaran menjadi berkurang. E learning di desain untuk
memudahkan pembelajaran karena informasi yang e learning berikan pada peserta
didik atau pengguna E learning tersebut sangat komunikatif.
E learning sudah banyak diterapkan dalam pembelajaran.
Banyak lembaga lembaga sekolah dan perguruan tinggi telah melakukannya.
Pembelajaran yang dilakukan sangatlah komuniatif. Seorang pendidik meberikan
tugas melalui E learning tersebut dan peserta didik mengerjakannya. Dalam E
learning tersebut juga terdapat fitur yang memungkinkan peserta didik dan
pendidik melakukan feed back dan tanya jawab sehingga pembelajaran menjadi
lebih efektif, namun tetap saja E learning ini memiliki kendala karena kita
ketahui bahwa tidak ada media belajar yang sempurna.
B. Kendala
Penerapan E learning
Penerapan E learning dalam pendidikan mengikutsertakan
beberapa komponen. Komponen pertama adalah infrastruktur e learning.
Infrastuktur berupa personal komputer, jaringan komputer, internet dan
perlengkapan multimedia lainnya. Pada infrastruktur saat pembelajaran terjadi
maka terkadang terjadi kendala. Kendala yang terjadi adalah tidak semua
pembelajaran efektif dalam menggunakan media komputer. Banyak pembelajaran yang
lebih efektif bila dilakukan secara kooperatif atau pun kolaboratif. Pada
dasarnya E learning menggunakan meedia komputer untuk menyampaikan pembelajaran
sedangkan salah satu teori belajar yaitu teori humanistik adalah memanusiakan
manusia dan E learning kurang memanusiakan manusia.
Kendala lain juga muncul, yaitu ketersedian dan
kelayakan infrastruktur E learning itu sendiri. Dalama kenyataannya tidak semua
sekolah memiliki perangkat untuk menjalankan E learning begitu pula pada
Perguruan Tinggi tidak semua perangkatnya layak untuk digunakan untuk proses
pembelajaran E learning. Kendala utamanya adalah ketika seorang pendidik
menyampaikan pembelajaran melalui E learning maka peserta didik harus
menggunakan komputer dan jaringan internet untuk menerimannya namun tidak semua
peserta didik memiliki perangkat tesebut di rumahnya. Peserta didik yang tidak
memiliki mendapat kendala dan harus pergi ke warnet (contohnya) untuk
menggunakan E learning tersebut dan itu menambah biaya pembelajaran.
Kendala dari peserta didik yang belum dapat
mengoperasikan komputer begitu juga halnya pendidik. Kita tidak bisa pungkiri
pada daerah daerah tertentu E learning tidak dapat diterpkan karena tidak semua
daerah memiliki pembelajaran tentang E learning. Penggunaan E learning tidak
dapat terapkan karena memang peserta didik yang belum mengetahui dan menguasai
bagaimana mengoperasikan E learning tersebut. Sebagian pendidik juga ada yang
tidak dapat menggunakan E learning karena memang mereka tidak mendapatkan
pembelajaran tersebut saat menjalani studi. Seorang guru olah raga misalnya
pada saat studi mereka tidak diajarkan bagaimana menggunakan E learning secara
spesifik sehingga apabila diterapkam dalam pembelajaran olah raga, guru
tersebut bingun dan pembelajaran tidak dapat efektif karena tidak memiliki
keahlian tersebut.
E learning memliki sistem yang dapat memvirtualisasi
proses belajar mengajar mengajar konvensional. Sering disebut dengan LMS atau
Learning Management System yang dimana terdapat manajemen kelas, pembuatan
materi, forum diskusi dan sistem penilaian serta sistem ujian online. Pada
dasarnya semua sama pada lembaga pendidikan lainnya yang dilaksanakan secara
nyata namun apabila diterapkan dalam E learning akan muncul kendala lagi.
Bagaimana sistem tersebut dapat berjalan lancar apabila tidak didukung oleh
admin yang memliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Apabila
seorang admin hanya mengerti bagaimana caranya mengoperasikan sistem tersebut
maka dia hanya akan mengatur softwarenya saja, lalu bagaimana sistem
lainnya??Untuk itu tiap bagia seperti konten, penilaian, pembuatan soal ujian
harusnya di berikan pada admin yang kompeten. Hal itu menjadi kendala karena
kita harus melibatkan banyak orang yang memiliki kemampuan dibidangnya masing
masing, sekali lagi itu memerlukan biaya yang besar dan tidak semua lembaga
pendidikan dapat menjalankannya.
C. Efektivitas
Penerapan E learning
E learning bertujuan untu mengefektivitaskan dan juga mengefisienkan
pembelajaran. Ketika kita menggunakan E learning yang kita rasakan adalah dapat
belajar jarak jauh dan berinteraksi dengan instruktur atau pendidik tanpa harus
menemuinya. Efektifkah E learning? Ya E learning efektif karena kit adapt
belajar secara bersama dalam tempat yang berdeda dan waktu yang berbeda. E learning
memliki fitur yang memungkinkan kita untuk berbagi informasi secara online.
Forum pembelajaran pada E learning misalanya, kita dapat menanyakan informasi
pembelajaran matematika terhadap pengguna E learning lainnya tanpa harus
bertemu dan dapat juga bertanya kepada pendidik yang termasuk dalam instruktur
pada E learning tersebut.
E learning membantu meningkatkan mutu pendidikan. Pada dasarnya E learning
menjadikan proses pembelajaran ke arah student center. Mengapa student center?
Jawabanya adalah karena pada E learning pendidik dituntut untuk dapat membuat
dan menyajikan materi pembelajaran yang baik dan menarik sehingga peserta didik
dapat aktif dalam belajar. Peserta didik dituntut untuk aktif dalam belajar
dalam proses belajar, peserta didik diberikan materi melalui E learning dan
belajar sendiri baik belajar secara individu ataupun kelompok dan pendidik
hanya menjadi fasilitator yang mendukung peserta didik tersebut. Pembelajaran
menjadi efektif karena peserta didik belajar secara mandiri.
D. Pandangan
Terhadap E learning
E learning sudah menjadi bagian dari pendidikan. Pendidikan Indonesia
khususnya, telah memanfaatkan E learning sebagi media pembelajaran. Banyak
lembaga pendidikan yang telah menciptakan E learning untuk mendukung system
pembelajaran mereka. E learning memang menjadikan proses pembelajaran menjadi
efektif namun praktek penggunaanya tidak semudah yang orang banyak bayangkan
dan banyak kendala yang terjadi.
Menciptakan E learning memang tidak membutuhkan dana yang sangat besar.
Zaman sekarang ini setiap orang dapat membuat E learning karena terdapat
opensource yang dimana setiap orang bisa mendesain dan menciptakan E learning
sendiri secara gratis. E learning yang diciptakan oleh banyak orang tersebut
dapat siakses oleh semua orang di dunia ini, lalu bagaiman kulitasnya?
Seharusnya setiap penyebarluasan E learning harus melalui penyaringan dan uji
kulitas agar E learning tersebut layak untuk digunakan.
E learning memang cocok dijadikan media pendidikan di Indonesia. Mengapa
dianggap cocok? Kita ketahui di Indonesia pengguna internet sudah tidak dapat
dihitung dengan jadi lagi. Realitanya adalah pengguna jejaring social Indonesia
menempati rangking 5 besar. Rangking 5 besar artinya memang internet sudah
menjadi sebuah kebutuhan bagi sebagian orang. Dengan fakta tersebut maka E
learning berbasis web seharusnya dapat berguna dalam membantu meningkatkan
pendidikan Indonesia. Realita tersebut seakan berbalik karena pada akhirnya
ketika sebuah lembaga pendidikan memberikan fasilitas internet untuk
menggunakan E learning, peserta didik lebih banyak yang membuka situs lain yang
tidak ada hubunganya dengan E learning dan pembelajaran dan itu adalah sebuah
kenyataan.
Penerapan E learning tidak semudah apa yang kita lihat. Untuk menerapkan E
learning yang benar benar berkualitas kita harus didukung oleh semua lembaga
pendidikan. Pemerintah seharusnya memberikan dana untuk penerapa E learning.
Dana merupakan hal yang harus ada karena untuk membangun infrastruktur E
learning harus membutuhkan dana yang tidaklah sedikit. Peserta didik dan
pendidik harus memiliki kemampuan untuk menoperasikan E learning, artinya
pembelajaran E learning harus menjadi sebuah kewajiban dan harus ada di
kurikulum sekolah mulai dari tingkat terendah sampai perguruan tinggi. Setiap
konten yang terdapat pada E learning harus memiliki admin yang kompeten. Setiap
lembaga harus disediakan dana khusus untuk membangun infrasturktur E learning.
Manfaat dan The Power of E-Learning dalam Pelatihan
Karyawan
Saat ini di Indonesia dalam dunia pendidikan dan juga pelatihan tenaga
kerja dan karyawan sudah semakin mengikuti perkembangan yang ada. Perlahan
Negara kita tercinta sudah dalam perjalanan menuju perubahan yang lebih baik
dibandingkan dengan jaman dahulu dimana semuanya masih dilakukan secara manual
sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama hanya untuk menyelesaikan satu hal
saja.
Tentu saja untuk bersaing dengan banyak Negara yang sudah lebih dulu maju
dan berkembang maka jika kita terus menggunakan pola dan cara lama maka kita
jelas akan ketinggalan jauh di belakang.
Tidak bisa dipungkiri jika kita terus merasa diuntungkan dengan kemajuan
teknologi dan juga perkembangan di era digital seperti sekarang ini yang sangat
pesat.
Setiap menit selalu saja ada hal baru dibidang ini yang pasti bermanfaat
bagi banyak orang. Khususnya dalam dunia pendidikan dan pelatihan akan menjadi
lebih mudah dan juga tentu saja semakin membuat persaingan akan lebih ketat.
Siapa yang bisa maju dan berkembang dengan cepat maka dialah yang akan
menjadi pemenang. Namun, bukan berarti kita menjadi tidak bisa belajar.
Contohnya saja dalam penggunaan E-learningyang
beberapa tahun belakangan ini sudah mulai banyak digunakan dalam berbagai
bidang pekerjaan.
E-learning sendiri adalah hasil nyata untuk sebuah kemajuan pada
bidang teknologi yang sangat bermanfaat salah satunya untuk mendukung proses
pelatihan tenaga kerja atau karyawan sebuah perusahaan.
E-learning bisa semaksimal mungkin diaplikasikan secara langsung
untuk mengembangkan sumber daya manusia yang dimiliki oleh sebuah perusahaan
yang membutuhkan model pengajaran dalam skala yang cukup besar. Ada beberapa
manfaat dan alasan kenapa sebaiknya memang saat ini perusahaan mulai menggunakan dan menerapkan
E-learning.
• Biaya yang Lebih Murah
Bisa kita katakan bahwa pelatihan dengan memanfaatkan E-learning sangat jauh lebih hemat dibandingkan dengan metode klasik tatap muka yang selama ini masih banyak digunakan baik di perusahaan besar maupun kecil. Jika dengan model tatap muka maka perusahaan masih harus mengeluarkan banyak biaya seperti biaya tempat training, biaya pengajar, perjalanan dinas, konsumsi, transportasi, dll yang dalam satu kali training saja bisa menghabiskan biaya hingga puluhan atau bahkan ratusan juta rupiah.
Bisa kita katakan bahwa pelatihan dengan memanfaatkan E-learning sangat jauh lebih hemat dibandingkan dengan metode klasik tatap muka yang selama ini masih banyak digunakan baik di perusahaan besar maupun kecil. Jika dengan model tatap muka maka perusahaan masih harus mengeluarkan banyak biaya seperti biaya tempat training, biaya pengajar, perjalanan dinas, konsumsi, transportasi, dll yang dalam satu kali training saja bisa menghabiskan biaya hingga puluhan atau bahkan ratusan juta rupiah.
Padahal karyawan pada satu perusahaan jumlahnya bisa sampai
ribuan orang. Berapa jadi total biayanya?
Sedangkan jika menggunakan E-learning maka yang dibutuhkan hanya
server atau pusat saja kemudian semua karyawan bisa mendapatkan materi pada
email pribadi pada saat bersamaan dari berbagai tempat yang berbeda tanpa ada
tambahan biaya apapun. Perbedaan ini pasti akan terlihat sangat mencolok sekali
bukan?
• Cara Belajar yang Fleksibel
Dengan penggunaan E-learning maka karyawan bisa belajar tidak hanya pada saat training saja seperti saat training dengan model konvensional melainkan dari mana saja dan kapan saja materi pelatihan bisa dibaca, dipelajari tanpa ada batasan tertentu. Secara tidak langsung karyawan akan belajar secara terus menerus tanpa paksaan. Dan tentu saja dengan cara yang jauh lebih menarik lagi.
Dengan penggunaan E-learning maka karyawan bisa belajar tidak hanya pada saat training saja seperti saat training dengan model konvensional melainkan dari mana saja dan kapan saja materi pelatihan bisa dibaca, dipelajari tanpa ada batasan tertentu. Secara tidak langsung karyawan akan belajar secara terus menerus tanpa paksaan. Dan tentu saja dengan cara yang jauh lebih menarik lagi.
• Pembelajaran Secara Continue
Dalam system E-learning, materi yang dibagikan kepada semua karyawan bisa dibaca berulang kali baik dalam bentuk dokumen, data atau video sehingga kapan saja dirasa perlu akan lebih mudah tanpa perlu harus membawa modul pelatihan yang berat kemana pun Anda pergi. Manfaatkan gadget Anda untuk hal yang seperti ini.
Dalam system E-learning, materi yang dibagikan kepada semua karyawan bisa dibaca berulang kali baik dalam bentuk dokumen, data atau video sehingga kapan saja dirasa perlu akan lebih mudah tanpa perlu harus membawa modul pelatihan yang berat kemana pun Anda pergi. Manfaatkan gadget Anda untuk hal yang seperti ini.
• Pengukuran Hasil yang Akurat
Dalam penggunaan pelatihan dengan E-learning maka karyawan bukannya tanpa tanggung jawab dan bebas atas kemudahan yang sudah diberikan.
Dalam penggunaan pelatihan dengan E-learning maka karyawan bukannya tanpa tanggung jawab dan bebas atas kemudahan yang sudah diberikan.
Sebagai salah satu ujian atau syarat kelulusan maka setiap
karyawan dalam setiap jabatan diwajibkan untuk menjawab atau menyelesaikan
setiap quiz, soal, test atau ujian yang diberikan juga melalui materi yang ada.
Sistem E-learning sudah memiliki desain yang lengkap sampai dengan scoring atau
penilaian jawaban karyawan yang saat itu juga bisa langsung mengetahui
hasilnya. Dari segi waktu pun lebih efisien dan singkat bukan?
• Jangkauan Tanpa Batas
Dengan system E-learning maka bisa menjangkau siapa saja, dimana saja tanpa terbatas waktu dan tempat. Dalam memanfaatkan dunia maya jarak dan tempat seolah bukanlah sebuah hal yang begitu berarti.
Dengan system E-learning maka bisa menjangkau siapa saja, dimana saja tanpa terbatas waktu dan tempat. Dalam memanfaatkan dunia maya jarak dan tempat seolah bukanlah sebuah hal yang begitu berarti.
Yang Anda butuhkan hanyalah gadget atau computer Anda dan juga
koneksi internet yang baik maka semua pasti akan bisa lebih mudah. Bahkan
training dengan menggunakan video conference pun bisa dilakukan semua cabang
perusahaan dalam satu waktu yang bersamaan. Bisa coba Anda hitung berapa besar
penghematan biaya yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan system E-learning
ini. Pelatihan tetap berjalan baik namun tanpa perlu mengeluarkan biaya yang
besar.
Dari sekian banyak kemudahan dan kelebihan dalam fasilitas
E-learning namun masih ada rasa malas bagi para karyawan yang mungkin
menganggap ini terlalu santai, tidak ada tekanan sehingga jarang atau bahkan
tidak pernah membuka materi yang dikirimkan ke emailnya.
Untuk mengatasi hal ini maka perusahaan perlu memberi pancingan
kepada karyawan sehingga mereka tetap semangat untuk belajar sekalipun memang
dibuat dalam model yang lebih santai dan flexibel. Mungkin perusahaan bisa
memberikan reward berupa insentif tambahan bagi mereka yang rajin menjawab quiz
dan semacamnya.
Untuk merubah atau beralih dari masa training konvensional
menuju training dengan E-learningdalam era digital
ini memang pasti butuh waktu yang tidak sebentar namun perusahaan dan karyawan
di dalamnya pasti bisa bekerja dan bersaing dengan cepat dan tepat dalam
mengikuti perkembangan yang ada dalam dunia kerjanya sehingga memang waktu yang
ada bisa lebih dimaksimalkan.
Sejak tahun 1970 teknologi informasi dan komunikasi di Negara
Indonesia berkembang pesat, perkembangan tersebut berjalan secara bertahap.
Semenjak terbentuknya Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) di
Indonesia, sangat membantu perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
ada di Indonesia menjadi terarah. Pada orde baru terdapat teknologi informasi
dan komunikasi yang baru yaitu internet.
Dalam internet terdapat banyak variasi program atau layanan
internet yang sangat membantu masyarakat dalam hal sarana informasi maupun
edukasi. Internet identik dengan media sosial yang terdapat banyak variasi
program di dalamnya salah satunya yaitu konten.
Masyarakat dapat meluangkan ide atau pemikiran dan juga
mengekspresikan diri melalui konten. Dengan adanya konten dapat memberi banyak
manfaat bagi masyarakat dalam hal pendidikan, bisnis, ataupun perusahaan.
Misalnya pemanfaatan konten pada perusahaan. Saat ini perusahaan -- perusahaan
sudah mulai memanfaatkan inovasi teknologi komunikasi dan informasi yaitu
konten. Salah satu inovasinya adalah konten e-learning.
E-learning adalah suatu sistem atau konsep pendidikan yang
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam peroses belajar mengajar.
Sedangkan menurut michael (2013:27), e-learning merupakan pembelajaran yang
disusun dengan tujuan menggunakan sistem elektronik atau komputer sehingga
mampu mendukung proses pembelajaran. E-learning memanfaatkan teknologi sebagai
wadahuntuk pengajaran melalui media online. Konten ini mempunyai sifat mandiri,
dikarenakan pembelajaran e-learning akan di posting melalui media online dan
akan tersimpan dalam suatu program yang nantinya dapat diakses secara mandiri
oleh seseorang yang membuka program dari e-learning tersebut.
Indonesia telah menerapkan e-learning untuk proses pembelajaran
hal tersebut dikarenakan banyak manfaat yang terdapat dalam konten ini yaitu
e-learning dapat diakses kapan saja dan dimana saja sehingga seseorang tidak
perlu mengeluarkan banyak waktu untuk datang kesuatu tempat untuk melakukan
pembelajaran.
Selain itu e-learning juga sangat berguna bagi suatu perusahaan,
hal tersebut diketahui melalui sebuah survei oleh majalah Forbes di Amerika dan
Eropa yang telah mulai menghimplementasikan sistem manajemen pelatihan berbasis
e-learning yang terdapat banyak manfaat untuk perusahaan yaitu menghemat waktu
dan biaya. Perusahaan saat ini menggunakan e-learning sebagai media training
bagi karyawan-karyawannya.
Penerapan e-learning pada suatu perusahaan dinilai sangat
menguntungkan dari berbagai sisi yaitu (anywhere, anytime, anyspace), dengan
konten ini perusahaan dapat memberikan pembelajaran dimana saja, kapan saja,
dan diruang manapun selama didukung dengan keberadaan jaringan internet
tentunya. Selain itu perusahaan konten ini sangat membantu perusahaan besar
yang mempunyai banyak cabang, tidak perlu bersusah-payah mendatangi cabang
perusahaan satu-persatun karena e-learning dapat menjangkau semua cabang
perusahaan guna untuk melakukan training untuk karyawan perusahaan.
Selain itu banyak perusahaan di Indonesia yang berharap
menggunakan e-learning yang akan menguntungkan untuk perusahaan misalnya biaya
pelatihan yang dikeluarkan perusahaan dapat menjadi lebih rendah. Biaya rendah
disini meliputi biaya transportasi, dengan adanya teknologi e-learning ini
perusahaan tidak perlu jauh-jauh mendatangi lokasi pelatihan, cukup menggunakan
koneksi internet, maka pelatihan sudah bisa dilakukan.
Terdapat syarat penerapan e-learning dalam perusahaan antara
lain:
1. Meaningful content
Untuk melakukan penerapan e-learning dalam perusahaan hal yang
paling utama harus diperhatikan adalah mengenai isi konten e-learning yang akan
di bagikan. Isi dari e-learning yang akan di bagikan harus bermanfaat bagi
perusahaan ataupun karyawan perusahaan misalnya mengandung makna tertentu yang
berguna untuk proses pembekalan bagi karyawan perusahaan.
2. Effective learning design
Hal kedua yang harus diperhatikan dalam penerapan e-learning
dalam perusahaan adalah mengenai keefektifan dari isi e-learning tersebut, isi konten
e-learning harus efektif sehingga para karyawan perusahaan yang mengakses dapat
mudah menerima pembelajaran dengan baik dan juga sesuai dengan tujuan
perusahaan.
3. Technology that works
Hal ketiga yang harus diperhatikan yaitu mengenai ketepatan isi
dari e-learning yang akan disampaikan. Yang dimaksud ketepatan disini adalah
e-learning harus disajikan dengan tepat, sehingga pembelajaran dapat bekerja
dengan optimal, selain itu karyawan perusahaan juga alan mendapatkan apa yang
dibutuhkan oleh perusahaan dan karyawan juga mendapatkan pengalaman
pembelajaran melalui ketepatan isi e-learning yang disampaikan.
Proses pembuatan e-learning dalam perusahaan
Pembuatan konten e-learning dalam suatu perusahaan terdapat 2
metode yaitu pembuatan e-learning yang berupa modul dan juga pembuatan web
berupa learning management system (LSM). Learning management system merupakan
layanan berupa webside yang bisa diakses oleh user (pengguna) yang telah
dibuat.
Melalui LSM dapat terlihat berupa laporan bagi siapa saja yang
telah mengakses e-learning dan juga akan memberikan peringatan bagi orang yang
belum membuka e-learning tersebut. dalam proses pembuatan e-learning dalam
perusahaan terdapat beberapa pihak yang terlibat dalam proses pelatihan atau
penggunaan e-learning diantanya yaitu user, subject matter expert, tim
developer.
Masing -- masing pihak tersebut mempunyai tugas tersendiri dalam
mengelola e-learning. User berarti orang yang dapat mengakses portal e-learning
yang telah dibuat. Terdapat beberapa tingkatan user yaitu moodle, seperti admin
utama, manager, pemateri, karyawan perusahaan. Subect matter expert adalah
pengampu materi yang menguasai materi yang nantinya akan dibuat sebuah
pembelajaran dalam e-leraning.
Biasanya subject matter expert dijalankan oleh pihak perusahaan
yang mengetahui segala hal dari sebuah pembelajaran yang akan disampaikana
dalam e-learning tersebut, subject matter expert biasa disebut sebagai pemateri
utama dalam e-learning. Sedangkan tim developer merupakan pihak yang menyusun
materi menjadi sebuah skenario pembelajaran, tim developer juga bertanggung
jawab mengubah sebuah materi pembelajaran tertulis menjadi lebih menarik dan
lebih hidup dengan cara menambahkan grafik, audio visual, ataupun animasi dalam
isi e-learning.
Terdapat beberapa keuntungan penerapan e-learning dalam
perusahaan diantaranya adalah sebagai berikut:
Keuntungan penerapan e-learning bagi perusahaan dalam hal
melakukan training (pelatihan):
1. Fleksibel
Penerapan e-learning dalam perusahaan akan memberikan
fleksibelitas yaitu e-leraning akan lebih bersifat efisien dalam mengatur waktu
pembelajaran. Proses training perusahaan dapat dilakukan kapan saja dan dimana
saja tanpa menghabiskan banyak waktu.
2. Mandiri
Penerapan e-learning dalam perusahaan bersifat mandiri. Materi
pembelajaran dapat diakses melalui komputer, laptop, smartphone dengan
menggunakan jaringan koneksi internet. Dengan begitu karyawan perusahaan dapat
mengakses pembelajaran e-learning secara mandiri, belajar dengan kemauan
sendiri dan karyawan dapat menentukan waktu yang tepat baginya untuk melakukan
pembelajaran, hal itulah yang membedakan antara penerapan pembelajaran
e-learning dengan proses belajar yang bersifat konvensional. selain itu karyawan
akan bisa lebih fokus menerima pembekalan atau pembelajaran dari perusahaan.
3. Hemat Biaya PengeluaranP
enerapan e-learning dalam perusahaan akan membantu meringankan
biaya training.
4. Pembelajaran Secara Continue
Dengan menerapkan e-learning dalam perusahaan maka materi yang
dibagikan kepada karyawan dapat dipelajari atau dibaca berulang-kali dalam
bentuk data,video, audio visual dan lain sebagainya.
5. Jangkauan Yang Luas
E-learning dapat menjangkau siapa saja dan seberapa jauh
jaraknya dengan begitu akan sangat menguntungkan perusahaan dalam proses
training karyawan.
6. Penyebaran Pembelajaran Sangat Cepat
Pembelajaran melalui media sosial e-learning bersifat cepat,
sehingga karyawan dapat mengakses materi pembelajaran dengan segera.
Beberapa Perusahaan Yang Telah Menerapkan E-learning:
Tercatat beberapa perusahaan telah menerapkan e-learning dan
hasilnya cukup memuaskan dilihat dari sisi keuntungan yang diperoleh perusahaan
dengan menggunakan e-learning. Data menunjukkan beberapa perusahaan seperti
Aetna bisa menghemat biaya pengeluaran dibandingkan jika mereka menerapkan
pembelajaran konvensional.
Dari hal tersebut telah banyak perusahaan yang mencoba
membandingkan antara pembelajaran melalui metode konvensional dengan penerapan
e-learning. J.D fletcher Study juga menyebutkan bahwa pembelajaran melalui
metode e-learning secara besar dapat lebih meningkatkan pemahaman dan penerapan
materi yang disampaikan dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional.
Selain itu terdapat juga perusahaan perbankan yang telah
menerapkan e-learning yaitu Bank Mandiri. Perusahaan Bank Mandiri telah
menerapkan proses pembelajaran melalui e-learning yang dimana pembelajaran
dapat dilakukan pada jarak jauh dan juga dapat diakses seluruh karyawan Bank
Mandiri diseluruh cabang di Indonesia.
Menurut Chief Executive Officer (CEO) Bank Mandiri keuntungan
yang diperoleh dalam menerapkan pembelajaran menggunakan e-learning adalah
untuk meminimalisir biaya yang dikeluarkan guna untuk pembelajaran atau
pelatihan bagi karyawan Bank yang jumlahnya tidak sedikit, selain itu penerapan
pembelajaran e-learning bersifat sangat cepat sehingga para karyawan dapat
langsung mengakses materi pembelajaran yang telah di kirim melalui e-learning
tersebut.
Penerapan metode e-learning pada perusahaan yang telah
disusun dengan baik maka akan menghasilkan keuntungan tersendiri untuk
perusahaan, hal tersebut dikarenakan metode pembelajaran menggunakan e-learning
dapat meningkatkan skill karyawan yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan.
Selain itu keuntungan pembelajaran menggunakan metode e-learning adalah
perusahaan dapat memastikan bahwa dokumentasi pembelajaran yang diberikan
kepada karyawan dapat disimpan dengan sistematis dan terinci.
Tujuan E-Learning
Pada era dimana
teknologi dan informasi cepat berkembang, e-learning dibutuhkan masyarakat
pendidikan. Namun, e-learning bukan hanya sekedar teknologi yang harus tersedia
di sekolah-sekolah atau kampus-kampus. Dalam membangun e-learning, instansi
pendidikan tidak boleh hanya sekedar bertujuan untuk menyusul ketertinggalan
teknologi. Seperti yang dijelaskan oleh Cisco (2001) bahwa filosofis sebenarnya
tujuan pembangunan e-learning adalah sebagai berikut.
·
E-learning merupakan penyampaian
informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line.
·
E-learning menyediakan seperangkat alat
yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar
konvensional, kajianterhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis
komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.
·
E-learning tidak berarti menggantikan
model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar
tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan
·
Kapasitas siswa amat bervariasi
tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan
antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik
kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
Karakteristik
E-Learning
Ada beberapa persyaratan yang harus di penuhi agar suatu sistem dapat dikategorikan sebagai e-learning, diantaranya sebagai berikut.
Ada beberapa persyaratan yang harus di penuhi agar suatu sistem dapat dikategorikan sebagai e-learning, diantaranya sebagai berikut.
·
Memanfaatkan jasa teknologi elektronik;
di mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat
berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang
protokoler.
·
Memanfaatkan keunggulan komputer
(digital media dan computer networks)
·
Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri
(self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru
dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
·
Memanfaatkan jadwal pembelajaran,
kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan
administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di computer
Teknologi Pendukung
E-Learning
Teknologi e-learning dikelompokkan menjadi dua, yaitu: technology based learning dan technology based web-learning. Technology based learning dibagi menjadi dua bagian, yaitu: audio information technologies (radio, audio tape, voice mail telephone) dan video information technologies (video tape, video text, video messaging). Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya adalah data information technologies (bulletin board, internet, e-mail, tele-collaboration).
Teknologi e-learning dikelompokkan menjadi dua, yaitu: technology based learning dan technology based web-learning. Technology based learning dibagi menjadi dua bagian, yaitu: audio information technologies (radio, audio tape, voice mail telephone) dan video information technologies (video tape, video text, video messaging). Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya adalah data information technologies (bulletin board, internet, e-mail, tele-collaboration).
Namun pada prakteknya
dalam pembelajaran sehari-hari, e-learning menggabungkan teknologi-teknologi
yang disebutkan diatas. Di antara banyak fasilitas internet, menurut Onno W.
Purbo (1997), ada lima aplikasi standar internet yang dapat digunakan untuk
keperluan pendidikan, yaitu email, Mailing List (milis), News group, File
Transfer Protocol (FTP), dan World Wide Web (WWW).
Kelebihan E-Learning
Petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh (Elangoan, 1999; Soekartawi, 2002; Mulvihil, 1997; Utarini, 1997), antara lain.
·
Tersedianya fasilitas e-moderating di
mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet
secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan
tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
·
Guru dan siswa dapat menggunakan bahan
ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui internet,
sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
·
Secara tidak langsung metode
pembelajaran ini mendorong siswa untuk memanfaatkan teknologi sahingga
mahasiswa tidak hanya mendapatkan ilmu tetapi juga supaya tidak gaptek (gagap
teknologi).
·
Menghemat biaya dalam penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar karena membutuhkan fasilitas dan sumber daya relative
sedikit jika dibandingkan dengan pembelajaran tradisional.
·
Siswa dapat belajar atau me-review bahan
ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar
tersimpan di komputer.
·
Baik guru maupun siswa dapat melakukan
diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak,
sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
·
Siswa harus benar-benar aktif dalam
proses belajar, karena dosen hanya bertindak sebagai pengarah, mediator,
motivator, dan fasilitator.
·
Mendukung program pemerintah “Go Green”
karena dapat menghemat penggunaan kertas yang digunakan untuk mencatat atau
mengerjakan tugas.
Kekurangan E-Learning
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997), antara lain.
·
Kurangnya interaksi antara guru dan
siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa
memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar.
·
Kecenderungan mengabaikan aspek akademik
atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
·
Proses belajar dan mengajarnya cenderung
ke arah pelatihan daripada pendidikan.
·
Berubahnya peran guru dari yang semula
menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui
teknik pembelajaran yang menggunakan ICT.
·
Siswa yang tidak mempunyai motivasi
belajar yang tinggi cenderung gagal.
·
Tidak semua pelajaran menuntut siswa
harus aktif sepenuhnya. Pelajaran kuantitatif (matematika, fisika, kimia, dll)
memerlukan bimbingan dari guru secara langsung. Untuk pelajaran
kantitatif tersebut pembelajaran tradisional masih sangat dibutuhkan
olehsiswa.
·
Pertanggungjawaban dari pelajaran yang
diajarkan melalui metode e-learning sulit dibuktikan karena pembelajaran
tersebut berada di dunia maya, dimana di
dunia ini semua bisa dimanipulasi dengan mudah.
Dampak Psikologis E-Learning
Dengan meningkatnya penggunaan e-learning, semakin banyak parameter yang perlu dijelajahi mengenai aspek pembelajaran dalam e-learning, karena hal ini membawa perubahan besar dalam dunia pembelajaran. Walau demikian, banyak aspek yang dapat membawa dampak negatif dalam penggunaan e- learning, misalnya e-learning dapat menjadi dilema disorientasi bagi para siswa karena adanya gap dalam dunia internet.
Penelitian dalam dunia e-learning pada umumnya lebih berfokus pada sisi
bisnis, ekonomis, dan teori pembelajaran dari e-learning, sementara jumlah
penelitian dalam bidang pengalaman pembelajaran oleh siswa masih minim.
Meskipun demikian, beberapa penelitian telah mempelajari pengalaman emosional
siswa dalam mengikuti e-learning, dan ternyata didapati bahwa cukup banyak
siswa yang merasa terasing dan terisolasi dalam dunia e-learning. Sebagai suatu
proses pembelajaran, e-learning pastilah terhubung dengan emosi. Hal tersebut
akan membuat pengembangan e-learning dan pengajaran di dalam e-learning dapat
lebih kaya dan otentik.
Kerry O’Regan dalam jurnalnya berjudul Emotion And E-Learning,
mengeksplorasi berbagai pengalaman dan perasaan emosional mahasiswa dalam
mengikuti e-learning. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif.
Berikut adalah hasil penelitian tersebut.
·
Frustasi
·
Dirasakan oleh semua responden. umumnya
berkenaan dengan masalah teknologi, proses administrasi, maupun desain dan
struktur isi website terhadap proses pembelajaran.
·
Ketakutan dan Kegelisahan
·
Dirasakan oleh hampir semua responden.
umumnya diakibatkan oleh kurangnya kontrol dalam sistem e-learning yang
digunakan. karakteristik internet yang anonymous juga menjadi salah satu
penyebab.
·
Perasaan memalukan
·
Dirasakan oleh sebagian responden, dan
yang menarik, semuanya perempuan. disebabkan karena adanya kemungkinan
bahwa ketidakmampuan mereka tersingkap ke partisipan lain.
·
Antusiasme
·
Para responden merasa antusias dalam
pengalaman mereka dalam mengikuti e-learning. penyebabnya antara lain: sangat
terbantu dengan adanya teknologi, adanya tool baru yang bisa digunakan, dapat
memperoleh ilmu dengan lebih luas dari berbagai koneksi yang ada.
·
Kebanggaan
·
Dirasakan oleh beberapa responden.
disebabkan karena sifat e-learning yang publik dan permanen.
Manajemen
Situs Elearning (Romi Satria Wahono,2003)
1. Melakukan Survey, Menyusun Agenda Umum,
Rencana ke Depan, dan Mulai Mengelola Situs eLearning.
Menyusun
Agenda umum dan grand design ke depan. Lakukan pendataan dan analisa matang
terhadap “bidang apa” yang akan dikerjakan, “siapa pengguna”, “siapa penulis”, dan “rencana jangka pendek dan panjang”. Melakukan
survey terhadap komunitas yang sama bidangnya dengan bidang yang akan
dibuat Kemudian buatlah prototipe dan mulai lakukan pendesainan awal situs.
o
Apakah secara
teknis dapat dilaksanakan (technically feasible). Misalnya
apakah
jaringan Internet bisa dipasang, apakah infrastruktur pendukungnya,
seperti
telepon, listrik, komputer, tersedia, apakah ada tenaga teknis yang bisa
mengoperasikannya
tersedia
o
Apakah secara ekonomis menguntungkan (economically
profitable); misalnya
apakah
dengan e-learning kegiatan yang dilakukan menguntungkan atau
apakah
retrun on investment (ROI)-nya lebih besar dari satu.
o
Apakah secara sosial penggunaan e-learning
tersebut diterima oleh masyarakat
(socially
acceptable).
2. Rancangan Instruksional
Dalam
menentukan rancangan instruksional ini perlu dipertimbangkan aspek-aspek
(Soekartawi, et al, 1999; Yusup Hashim and Razmah, 2001):
o
Course content and learning unit analysis,
seperti isi pelajaran, cakupan, topik
yang relevan dan satuan kredit
semester.
o
Learner analysis, seperti latar belakang
pendidikan siswa, usia, seks, status
pekerjaan, dsb-nya.
o
Learning context analysis, seperti kompetisi
pembelajaran apa yang
diinginkan hendaknya dibahas
secara mendalam di bagian ini.
o
Instructional analysis, seperti bahan ajar apa
yang dikelompokan menurut
kepentingannya, menyusun
tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit,
dsb-nya.
o
State instructional objectives. Tujuan
instruksional ini dapat disusun
berdasarkan hasil dari
analisis instruksional.
o
Construct criterion test items. Penyusunan test
ini dapat didasarkan dari tujuan
instruksional yang telah
ditetapkan.
o
Select instructional strategy. Strategi
instruksional dapat ditetapkan
berdasarkan fasilitas yang
ada.
3 Tahap Pengembangan
Pengembangan
e-learning bisa dilakukan dengan
mengikuti perkembangan fasilitas ICT yang tersedia, karena kadang-kadang
fasilitas ICT tidak dilengkapi dalam waktu yang bersamaan. Begitu pula halnya
dengan prototype bahan ajar dan rancangan instruksional yang akan dipergunakan
terus dikembangkan dan dievaluasi secara kontinue.
4. Pelaksanaan
Prototype
yang lengkap bisa dipindahkan ke komputer (LAN) dengan menggunakan format
tertentu misalnya format HTML. Uji terhadap prototype hendaknya terus menerus
dilakukan. Dalam tahapan ini seringkali ditemukan berbagai hambatan, misalnya
bagaimana menggunakan management course tool secara baik, apakah bahan ajarnya
benar-benar memenuhi standar bahan ajar mandiri (Jatmiko, 1997).
5. Evaluasi
Sebelum
program dimulai, lebih baik dicobakan dengan mengambil beberapa sampel orang
yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi.
Masalah-masalah
yang sering dihadapi sebagai berikut:
o
Masalah akses untuk bisa melaksanakan
e-learning seperti ketersediaan
jaringan
internet, listrik, telepon dan infrastruktur yang lain.
o
Masalah ketersediaan software.
o
Masalah dampaknya terhadap kurikulum yang ada.
o
Masalah skill and knowledge.
o Attitude
terhadap ICT.
Dengan manfaat
tersebut, tidak heran apabila akhirnya banyak perusahaan yang mencoba
menerapkan e-learning dalam rangka peningkatan kualitas SDM.
Walaupun demikian, seiring dengan perjalanan waktu, banyak perusahaan yang
menerapkan e-learning akhirnya berakhir dengan sebuah kegagalan besar. Mengapa
ini terjadi? Saya bisa bilang hal ini disebabkan karena perusahaan terlalu
berfokus atau terbuai dengan manfaat yang ditawarkan. Tetapi mereka sedikit
atau bahkan mengabaikan hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam rangka
mengimplementasikan e-learning di perusahaan. Karena untuk mengimplementasikan
e-learning tidaklah semudah seperti membalikkan telapak tangan. Banyak hal yang
harus dipersiapkan dan dilakukan agar implementasi e-learning dapat berjalan
dengan baik dalam jangka waktu yang lama. Karena itu, tulisan ini mencoba
memberikan gambaran beberapa alasan kegagalan implementasi e-learning di
perusahaan.
1. Tidak memiliki
strategi implementasi (blue print) yang komprehensif. Sering kali
perusahaannya hanya berpikir dalam jangka pendek ketika memutuskan untuk
mengimplementasikan e-learning, bahkan hanya menganggap e-learning sebagai
sebuah pilot project. Hal ini jelas merupakan sebuah kesalahan
besar. Penerapan e-learning harus dipikirkan dengan matang dan terencana karena
banyak hal yang terkait di dalamnya. Oleh karenanya, sebelum memutuskan untuk
mengimplementasikan e-learning, perusahaan harus sudah memikirkan
langkah-langkah strategis yang akan diterapkan, baik dalam jangka pendek dan
jangka panjang untuk memastikan kelangsungan implementasi e-learning yang
berdaya guna. Untuk itu, pada awalnya perusahaan harus melakukan identifikasi
dan penggalian informasi mengenai implementasi e-learning, baik dengan
memanfaatkan jasa konsultan e-learning atau pun melakukan adopsi (benchmark)
dari perusahaan lainnya yang sudah sukses mengimplementasikan e-learning.
Selain itu, harus dipastikan agar implementasi e-learning tidak berdiri
sendiri, tetapi terintegrasi dengan learning management secara
keseluruhan.
2. Ketidaksiapan melakukan change
management. Yang dimaksud dengan change management di
sini lebih dalam konteks people. Harus disadari bahwa keberhasilan
implementasi e-learning sangat tergantung dari penerimaan atau respons para
penggunanya (dalam hal ini adalah karyawan perusahaan). Implementasi e-learning
dapat dikatakan sukses apabila ada antusiasme yang tinggi dari penggunanya, dan
memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas SDM dalam rangka mencapai
target perusahaan. Salah satu tantangan yang perlu dipikirkan dengan matang
oleh manajemen adalah merubah proses atau budaya belajar (learning culture)
karyawan perusahaan. Apabila selama ini proses pembelajaran lebih didominasi
dengan metode konvensional, khususnya pelatihan di kelas (training classroom),
di mana ada peran seorang instruktur atau trainer yang memberikan pelatihan,
maka dengan e-learning peran itu menjadi hilang. Oleh karenanya, perusahaan
harus membuat kebijakan yang tepat, yang dapat memberikan rangsangan kepada
para karyawan agar mau berpartisipasi secara aktif sehingga proses pembelajaran
dapat berjalan dengan efektif. Pemberian reward kepada peserta dengan result
evaluation yang sangat baik, penugasan seorang supervisor untuk
mengawasi implementasi di setiap cabang atau unit kerja, dan kebijakan untuk
menjadikan e-learning sebagai salah satu tolak ukur kompetensi karyawan
merupakan beberapa cara yang bisa diterapkan.
3. Kurangnya support dari
manajemen secara keseluruhan. Kesan yang seringkali muncul adalah
implementasi e-Learning di sebuah perusahaan hanya menjadi milik dan tanggung
jawab satu divisi saja, khususnya Training/Learning Center. Kondisi demikian
membuat divisi lainnya merasa tidak dilibatkan, dan hal ini menyebabkan
timbulnya resistensi terhadap implementasi e-Learning di perusahaan. Seharusnya
implementasi e-Learning menjadi milik semua elemen di perusahaan dengan tujuan
pengembangan sumber daya manusia demi kelancaran bisnis perusahaan. Harus ada
sinergi dari semua pihak di perusahaan agar implementasi e-Learning dapat
berjalan dengan baik dan makksimal, mulai dari proses pengembangan hingga
pelaksanaannya,.
4. Ketidaksiapan
infrastruktur teknologi. Tanpa teknologi yang memadai, mustahil
implementasi e-learning dapat berjalan maksimal. Teknologi bukan hanya sekedar
sarana pendukung, tetapi menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi. Keberadaan
teknologi yang memadai menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan
implementasi e-learning di perusahaan. Salah satu contoh kegagalan yang sering
terjadi adalah masalah bandwith. Perusahaan tidak memperhitungkan
dengan cermat kapasitas bandwith yang dibutuhkan untuk
implementasi e-learning dan kaitannya dengan proses operasional perusahaan.
Yang kemudian terjadi adalah keberadaan e-learning justru dianggap menjadi
penghambat proses operasional perusahaan. Kondisi ini kemudian diikuti dengan
langkah untuk mengurangi kapasitas bandwith untuk penggunaan
e-learning. Dampaknya adalah proses pembelajaran via e-learning menjadi sangat
lambat, khususnya dalam proses pengunduhan materi. Hal ini jelas menimbulkan ketidaknyamanan
bagi para penggunanya. Ketika ini terjadi, dapat dikatakan bahwa penerapan
e-learning telah setengah jalan menuju kegagalannya, karena seperti yang telah
saya jelaskan di poin sebelumnya, keberhasilan e-learning tergantung bagaimana
penerimaan atau respons dari para penggunanya.
5. Individu-individu
pelaksana yang kurang kompeten. Perusahaan menganggap bahwa e-learning
dapat dikelola oleh siapa saja. Ini jelas pemahaman yang sangat salah. Dapat
dikatakan bahwa e-learning merupakan perpaduan dari banyak unsur, seperti education,
IT, art, dan multi-media. Oleh karenanya, dibutuhkan
figur-figur yang memiliki pengetahuan terkait dengan unsur-unsur tersebut.
Figur yang tidak hanya paham bagaimana membuat sebuah materi yang berguna,
tetapi juga bagaimana materi itu menarik bagi para pembelajarnya, serta dapat
berfungsi dengan baik dalam koridor teknologi.
6. Penggunaan Learning
Management System (LMS) yang tidak tepat sasaran. LMS adalah software
aplikasi yang berfungsi untuk menyimpan, mengelola, dan mendistribusikan
berbagai materi pelatihan, ujian atau test yang telah disiapkan. LMS dilengkapi
dengan katalog online sehingga pembelajar dapat mengakses, memilih,
dan menjalankan berbagai materi pelatihan yang ada. LMS mampu mencatat log
atau tracking aktivitas setiap pembelajar yang memanfaatkan
e-learning. Ada banyak aplikasi LMS yang dapat dipilih dan digunakan, baik yang
sifatnya berbayar atau pun gratis. Setiap aplikasi LMS tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Agar tidak salah pilih, sebaiknya
perusahaan perlu terlebih dahulu melakukan identifikasi kebutuhan mereka akan
LMS yang disesuaikan dengan sistem pembelajaran yang akan dibangun dan
diterapkan kedepannya.
7. Pemilihan vendor
e-learning yang tidak tepat. Biasanya perusahaan memilih sebuah
vendor e-learning karena dua alasan, yaitu harga yang relatif murah dan nama
besar. Hal itu memang tidak salah, tetapi alangkah baiknya bila pemilihan
vendor e-learning disesuaikan dengan kebutuhan dan strategi implementasi yang
ada agar kedepannya implementasi e-learning dapat berjalan dengan efektif dan
efisien. Sebagai contohnya, perusahaan memilih vendor A karena harga yang
ditawarkan jauh lebih murah dibandingkan kompetitornya. Tetapi ternyata
kualitas modul e-learning yang dihasilkan sangat mengecewakan dan jauh dari
ekspektasi perusahaan, serta tidak menarik minat karyawan untuk mempelajarinya.
Contoh lainnya adalah perusahaan memilih vendor B karena nama besarnya di
bidang e-learning. Secara kualitas memang bagus, tetapi belakangan baru
diketahui bahwa modul yang dihasilkan memiliki satu kelemahan utama, yaitu
tidak dapat di-update oleh pihak internal perusahaan karena ada
keterbatasan komponen yang hanya dimiliki oleh vendor tersebut. Jadilah
perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan apabila ingin melakukan perubahan
yang bersifat update. Padahal perusahaan sudah mengalokasikan SDM
khusus yang bertugas untuk melakukan perubahan atau modifikasi.
8. Penyusunan kursus atau
materi e-learning yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau strategi bisnis
perusahaan (business strategy). Hal ini merupakan kondisi yang tidak
hanya terjadi pada implementasi e-learning, tetapi secara lebih luas juga pada
pelaksanaan training di banyak perusahaan. Ketika menyusun sebuah training,
pihak yang terkait sering kali tidak mempertimbangkan implikasinya bagi
strategi bisnis perusahaan. Mereka beranggapan bahwa karyawan perlu tahu
tentang sebuah materi training, tanpa memikirkan alasan, tujuan, atau dampaknya
secara langsung bagi karyawan dan perusahaan. Langkah yang sebaiknya dilakukan
di awal adalah melakukan training needs analysis (TNA)
berbasis kompetensi yang mengacu pada corporate strategy, business
strategy, dan functional strategies. Hasil dari proses tersebut
nantinya tertuang dalam sebuah matriks implication of business strategy
for training, yang akan dijadikan acuan dalam menyusun sebuah training atau
eContent bagi karyawan perusahaan.
9. Modul e-learning yang
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip instructional design (tidak efektif).
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan contoh indikasi. Pertama adalah developer
minded, bukan user minded. Dalam mengembangkan sebuah modul
e-learning, seharusnya didasari atas pemikiran “apa yang perlu diketahui dan
yang terbaik” untuk pembelajar (user), bukan apa yang terbaik menurut
kacamata developer. Kedua adalah lebih mendahulukan tampilan
(grafis) daripada instructional strategy. Harus dipahami bahwa
sebuah modul e-learning yang baik diukur dari seberapa mudah materi
pembelajarannya untuk dimengerti dan dipahami, bukan dari seberapa bagus
kualitas grafis yang ditampilkan. Untuk itu diperlukan pemilihan instructional
strategy yang baik dan sesuai. Grafis hanyalah salah satu bagian
dari instructional strategy yang digunakan untuk mempermudah
user memahami sebuah materi. Ketiga adalah cakupan materi yang terlalu banyak
dan dipaksakan. Banyak perusahaan terjebak dalam pemikiran bahwa kehadiran
e-learning otomatis akan menggantikan fungsi training konvensional (classroom).
Kondisi ini membuat perusahaan sebisa mungkin memasukkan materi
sebanyak-banyaknya dalam sebuah modul e-learning. Hal ini jelas menyulitkan
bagi para pembelajar dalam mempelajari dan memahami materi yang disampaikan.
Sebuah modul e-learning seharusnya mudah untuk dipelajari (simple). Satu
yang harus dipahami adalah bahwa kehadiran e-learning tidak otomatis
menggantikan training konvensional secara keseluruhan. Ada beberapa materi
pembelajaran yang dapat sepenuhnya menggunakan e-learning, dan ada beberapa
lainnya yang tetap harus disampaikan dengan metode konvensional.
![](file:///C:/Users/FINC-T~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif)
Daftar
Pustaka
Referensi
modul kuliah mata kuliah SIM yaitu: Putra, Yananto Mihadi. (2018).
"Pengenalan E-Learning". Modul Kuliah Sistem Informasi
Manajemen. FEB - Universitas Mercu Buana: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar